Tuesday, September 28, 2010

efpiay yeah!!

baca berita soal anggota laskar tentara  FPI yang paling beriman seindonesia raya merdeka merdeka ini membubarkan paksa acara pemutaran film dalam rangka Q Film Festival di Goethe Hause kemarin ini, benar2 membuat saya pengen guling2 histeris di jalan raya rumah. apalagi ditambah dengan menyaksikan acara bincang2 di TV One itu yg ada wakil KEMINFO dan anggota FPI juga. wakil menteri kita yang di kementriannya dipanggil ustadz oleh mentri pak Tiffie itu *yup, di keminfo semua pembantu Tiffie dipanggil ustadz. WTF?* justru mengatakan bersyukur ada FPI karena bisa melakukan kontrol sosial di masyarakat.

*speechless*

BAHKAAAANNNNNN si anggota FPI nya sampe bilang terima kasih sama mentri kebudayaan kita *walopun dia lupa sapa nama mentri kebudayaan kita ROFLOL* Kalo ngutip yang gue baca di Twitter: nonton acara TV One itu bagus buat yang tekanan darahnya rendah

terlaluuuuuuuu banyak ungkapan hati yang bisa keluar hanya dari tiga huruf simpel; F, P, dan I bila dijejerkan secara urut, lebih banyak mengandung makna bahkan gue rasa dari C I N T A. tapi rasanya, yang ngurusin negara ini nggak segitu annoyingnya sama FPI, bahkan ironisnya terkesan mendukung *masih inget si Foke dateng ke acara halal bihalal FPI kemaren*

dari adegan pelarangan film bertema homoseksual di Goethe Hause itu dan dengan kenyataan kalau pemerintahan kita tidak keberatan sama sekali dengan hal itu, gue mikir: ini yang salah siapa yang diijek2 siapa?

maksudnya, kaum homoseksual di Indonesia kan nggak pernah bikin ribut2, mukulin orang, ngancurin tempat, nusuk orang, bakar rumah, ngusir orang, nimpukin orang pake batu, nyebar kebencian, etc etc seperti yang dilakukan oleh orang2 yang ngakunya hetero dan beriman itu. apa hanya karena si efpiay itu ngakunya hetero dan beragama jadi dia bisaaaaaaa ngapain aja?

gue nggak pernah merasakan kalau kaum homoseksual atau sesimpel pemutaran film tentang homoseksual menimbulkan 'keresahan di masyarakat' seperti yg diklaim laskar tentara efpiay itu. gue baru ngerasa resah kalo ngeliat ada orang berjubah putih berjenggot panjang berkerumun dengan bambu runcing dan batu di tangan di depan orang yang mau ibadah.

apa konsep meresahkan masyarakatnya pemerintah dan gue itu segitu bedanya ya?

ngeliat yang kejadian di Goethe Hause itu, entah kenapa gue jadi ngerasa malu. mungkin karena gue anak sastra jerman, nggak tahu deh itu ngaruh apa nggak. gue udah kebayang aja muka orang2 jerman yang ada dia cara itu pas tuh segerombolan manusia berjubah dengan jumawanya bilang kalau acara ini murtad dan kafir. mungkin mereka mikir: "aaahh... ini sama kayak kejadian di negara saya... cuma itu udah 1000 tahun yg lalu.."

ya ya, gue tahu indonesia ini masih muda, masih 65 tahun... belom ngelewatin era kegelapannya *which is we are in now*... cuma agak miris aja gitu, maksudnya, ini millenium keduaaaaaaaa...... dekade pertamaaaaaaa.... masiiiiiihhhhh aja rasis dan diskriminatif??? ohmaijod. thats so last millenium gitu! masih ngurusin pornografi dan moral aja??? zzzz tu di Arab yg udah ketutup kayak apaan tau ceweknya, yang nggak ada situs porno, majalah seksi ato apapun itu, justru tingkat kekerasan seksual dan penggunaannya narkobanya salah satu yg tertinggi di dunia. keberadaan Miyabi, Sora Aoi, Asian Cerrera *lho? tahu banyak?* di Jepang juga nggak membuat Jepang hancur terpuruk dikutuk Tuhan dan alam semesta. Universitas Tokyo masih salah satu Universitas terbaik di Asia dan dunia. perekonomian Jepang masih baik2 saja. dan berita perkosaan di Jepang sama jarangya kayak berita kemunculan badak bercula satu di ujung kulon.

halo, pak Tiffie? pak ustadz Tiffie? nggak dapet gambaran apapun dari kedua perbandingan itu?

nggak tahu ya, gue cuma bener2 nggak habis pikir aja sama orang2 yang ngatur negara ini *diatur gak sih?* BERUSAHA SEBISA MUNGKIN NGGAK MEMPERTANYAKAN KEBIJAKKAN MEREKA, tapi ngedenger ucapan wakil menteri kominfo tadi di TV One bener2 bikin gue ciut hati akan arah negara ini menuju masa pencerahan. padahal negara kita tinggal nyontek aja gitu dari negara2 Eropa atau Jepang lah tuh minimal. jadi kita nggak usah lagi neglewatin era kegelapan kayak sekarang karena kita udah bisa ngeliat apa yang dihasilkan bila agama dan negara itu berjalan beriringan, saling dukung dan saling support. cuma ngehasilin manusia2 nggak ada guna macem efpiay aja kan jadinya?

mungkin sekarang tinggal nunggu aja ntar departemen agama ngeluarin surat penebusan dosa yang bisa kita beli. it will completes everything.

Saturday, September 25, 2010

Omong Doang Lag

i

                Saya adalah orang yang entah kenapa sangat suka untuk menulis. Saya sadar saya udah suka nulis dari saya masih SD, dari mulai menulis buku harian (yang isinya bener2 bisa bikin saya merinding kalo saya baca sekarang. Kids are really cruel). Saya sempet suka nulis cerita beralur, cerpen atau novel. Tapi biasanya saya cepet bosen, jadi banyak cerita yang saya tinggal gitu aja. kesukaan saya buat nulis juga bisa dilihat dari notes2 saya di FBi, mulai dari yang sampah gak penting sampe ke yang merupakan pemikiran berat hasil ngegerumpel di hati.
                Hal yang menarik adalah, ada beberapa orang yang menanggapi tulisan saya yang merupakan hasil dari pemikiran-berat-hasil-ngegerumpel-di-hati itu sebagai sebuah bentuk omong doang. Paling gampang kalo misalnya saya nulisin soal pandangan saya akan situasi negara ini. nggak cuma di notes, di blog juga ada, walopun emang gak banyak. Paling satu atau dua. Lumayan sering saya denger kalimat tanggapan: terus lo ngapain? Jangan cuma omong doang! (dan saya ngebayanginnya tu orang sambil ngacungin belati ke leher saya).
                Saya sih nggak kesinggung, karena saya menikmati setiap proses orang mengemukakan pendapat. Saya gak suka orang lain ngehalang-halangin saya untuk mengungkapkan pendapat, jadi saya gak akan melakukan hal itu ke orang lain. Cuma, kalimat seru itu bikin saya mikir: emangnya kalo nulis itu cuma omong doang?
                Dari kalimat galak tersebut , saya nangkep kesan kalo tulisan itu bukan sebuah aksi. kalo tulisan itu sangat tidak penting dan mungkin harusnya saya, kalo saya bener2 peduli dengan hal yang saya omongin, itu harusnya terlibat dalam hal yang lebih banyak lagi pergerakkan badannya daripada hanya sekedar ngetik di laptop dari rumah. I appreciate every opinion, really. No offense from me. in fact, it makes me thinking. Bukannya berusaha mencari mana pendapat yang paling benar, tapi saya memiliki pendapat lain.
                Kalau tulisan itu sebegitu tidak penting dan berharganya, kenapa juga Wiji Thukul bisa hilang sampai sekarang? Padahal yang ia lakukan hanya menulis dengan kalimat memorable yang masih sering dikutip: hanya ada satu kata; Lawan! Padahal kan, itu hanya kata2 yang tertulis dalam kertas. Ia tidak pernah datang heboh2 ngajak perang atau memimpin pasukan gerilya untuk melawan Soeharto dulu. Atau kenapa pemerintah dulu sampai repot2 menjarain Pramoedya A. Toer? Dia cuma nulis novel aja gitu. Fiksi pula! Sama kayak Da Vinci Code atau Satanic Verses yang sampe segitu dihebohinnya bahkan penulisnya diancam dibunuh. Mereka hanya menulis, mereka bukan pemimpin sekte atau mengajak orang untuk melakukan pemberontakkan. Kenapa banyak pemerintahan negara seperti zaman  Soeharto dulu atau yang sekarang macam Malaysia, Iran, Myanmar, Korea Utara, dan banyak lagi masih begitu ketat memberlakukan sensor berita? Kalau tulisan itu sebegitu omong doangnya, why make a fuss about it?
                Atau kasus terbaru yang menimpa majalah Tempo. Mereka hanya menuliskan tentang rekening gendut para perwira polisi (atau yang dulu kemungkinan adanya peran Tommy Winata di kasus kebakaran Tanah Abang). Mereka bahkan bukan polisi yang berwenang nangkep dan menjarain (abis dipublikasiin aja nggak ada polisi yang ditangkep. Justru Temponya yang dituntut). Mereka hanya menulis dan menyebarkannya. Logikanya, dengan hanya kemampuan menulis dan publikasi yang mereka miliki, dengan mengacu pada pendapat kalau menulis itu omong doang, apa yang ditakutin?
                Karena menurut saya, aksi itu bisa dimulai dari tulisan. Adanya negara2 sosialis-komunis dimulai dari tulisan2 Marx. Marx nggak perlu mencalonkan dirinya jadi presiden untuk bisa membuat perubahan sehebat itu pada kaum buruh dan pekerja yang dibelanya. Ia menuliskan semua pikirannya itu dan dibaca oleh banyak orang yang merasa related dengan pemikirannya. Aksi historis Gandhi juga dimulai dari membaca ajaran tanpa kekerasan dari alkitab waktu dia di kereta menuju Afrika Selatan. Bahkan, Soe Hok Gie lebih dikenal melalui tulisan2nya daripada aksi2 demonstrasinya.
                Saya menulis merupakan aksi yang paling bisa saya buat. Mungkin kecil memang dan tidak memiliki efek instan seperti yang dihasilkan mungkin bila saya mungkin nari telanjang di depan istana negara (instan masuk penjara dan masa depan instan hancur). Setiap orang memiliki cara masing-masing buat menunjukkan kepeduliannya pada suatu hal, dan cara saya, yang saya rasa I do it my best ya dengan menulis.
                Dan siapa tahu, siapa tahu aja, tulisan2 saya nantinya ini bisa menjadi kekuatan buat saya untuk melakukan hal yang lainnya lagi atau lebih indahnya lagi, menjadi kekuatan buat orang lain J

Sunday, September 19, 2010

Kalau Miskin Dilarang Menangis

Baru aja nonton acara Kick Andy di Metro TV dengan judul Orang Miskin Dilarang Sakit. dan, lagi,saya benar2 beresiko kena stroke di usia muda. Kisah yang diangkat sebenarnya adalah hal tragis yang mengenaskannya sudah menjadi hal umum di tanah Indonesia Raya merdeka, merdeka ini. saat orang miskin jatuh sakit, dan mereka diperlakukan layaknya sampah. cerita di Kick Andy tadi, mengingatkan saya akan sebuah artikel pendek di koran Tempo yang benar2 berbekas buat saya.


 Membaca artikel di koran Tempo tertanggal Senin, 9 Agustus 2010 yang berjudul Cerita dari Sebilah Parang pada halaman C3, sukses membuat saya mati-matian menahan air mata di dalam kereta yang penuh sesak oleh orang. Cerita tentang seorang anak yang mengancam akan memenggal kepalanya sendiri karena melihat ibunya tidak juga mendapat perawatan yang memadai. Rumah Sakit berkilah dengan mengatakan perawatan ICU belum dibutuhkan dan kondisi si ibu tidak separah itu. Cara artikel ini mengakhiri ceritanya sungguh membuat bulu kuduk berdiri. Rupanya kedekatan Manik dengan bundanya melebihi diagnosis dokter. Pada Sabtu malam lalu, Tarkem menghembuskan napas terakhirnya, hanya 24 jam setelah sang anak tersayang membelanya dengan sebilah parang. Bahkan saat saya mengetik paragraf itu saja sudah bisa membuat saya kembali berkaca-kaca.
            
Sungguh membuat hati menggelegak membaca sikap dari pihak Rumah Sakit Umum daerah Koja itu. Mereka, dan juga para pemimpin negeri ini harus tahu, bahwa orang miskin itu TIDAK akan pernah ke rumah sakit kalau memang mereka tidak parah-parah amat. Mereka juga sudah tahu dan paham bahwa rumah sakit hanyalah tempat bagi yang punya uang dan mereka hanya akan diperlakukan seperti sampah di sana. Saya saja yang bukan pemegang kartu GAKIN merasa takut ke rumah sakit. Lebih baik saya dikerok, panggil tukang urut, minum jamu, pasang koyo, tidur yang lama, berdoa yang banyak, atau tindakan alternatif lainnya daripada harus ke rumah sakit. Karena menurut saya, bila bisa sembuh tapi berujung tidak punya uang untuk bayar semesteran kuliah itu agak sia-sia jadinya. Jadi bisa dipastikan, ibunda Manik tersebut sudah berada dalam situasi yang kritis. Dan rumah sakit pun tahu. Saya yakin mereka tahu. Namun mereka merasa sayang bila ranjang ICU harus diisi oleh pemegang kartu GAKIN. We all know that very well.
           
Saya dan juga kebanyakan dari kita semua, termasuk pihak rumah sakit tersebut, pasti memiliki ibu. Tidak ada dari kita yang lahir dari batu atau mendadak jatuh dari langit. Ki Joko Bodo yang mistis saja pasti punya ibu. Semua tahu bagaimana besarnya keinginan dari seorang anak untuk bisa membahagiakan sosok perempuan yang telah bertaruh nyawa melahirkan kita ke dunia itu. Keinginan dan rasa cinta yang sama juga dimiliki oleh Manik, tidak peduli seberapa miskinnya dia ataupun berapa penghasilannya sehari. Fakta kalau ia salah satu pengguna kartu GAKIN juga tidak mengurangi rasa cintanya pada ibunya. Orang miskin mencintai ibunya dengan cara yang sama seperti orang kaya juga mencintai ibunya. Bahkan untuk kasus Manik ini, mereka cenderung LEBIH mencintai ibu mereka.  
            
Cerita akan Manik ini juga mengingatkan saya akan cerita seorang ayah luar biasa pencari keadilan yang berjalan selama kurang lebih tiga minggu dari Malang menuju Jakarta, untuk menuntut keadilan akan kasus tabrak lari yang menewaskan anak kesayangannya 15 tahun yang lalu. Berusaha menemui kaisar negeri ini hanya untuk sekedar mengadu, meminta perwujudan akan UU negeri ini yang menjamin hak semua warga negaranya tanpa kecuali. Berusaha membuktikan bahwa reformasi memang sudah diterapkan di negeri ini dan semua orang sama di mata hukum. Di mata hukum mungkin sama namun di mata polisi, atau jaksa, atau hakim lain lagi ceritanya.
           
Kaisar negeri ini terlalu sibuk untuk menanggapi keluhan dan penderitaan rakyat kecilnya. Sama seperti ia juga tidak punya waktu untuk bertemu balita korban ledakan elpiji, janda pahlawan yang dipidanakan, atau keluarga korban pelanggaran HAM yang setiap Kamis rutin berdiri di depan istana. Saya jadi ingat satu dialog dari serial drama Korea yang mengangkat dari sejarah ratu Korea pertama, the Great Queen Seon Dok  yang berbunyi: Pemimpin yang tidak sempat mendengarkan keluhan rakyatnya berarti tidak akan sempat untuk memimpin. Betul sekali itu.
            
Kembali ke kisah ayah penuntut keadilan tadi. Saya memang belum punya anak tapi melihat dari cara kedua orang tua saya menyayangi saya, saya sudah bisa memiliki gambaran sebesar apa rasa sayang orang tua kepada anaknya. Jangankan kepada anak, kucing peliharaan saya mati saja saya selama dua minggu tidak bisa bangun dari kasur. Tidak terbayangkan perasaan ayah ini yang mendapati anaknya tewas jadi korban tabrak lari yang dilakukan oleh petugas polisi (saya tidak akan pakai istilah oknum. Menurut saya, di Indonesia itu yang jadi oknum justru polisi yang baik dan jujur karena mereka sedikit. Polisi yang bahlul macam penabrak ini justru adalah cerminan polisi mayoritas). Ditinggal begitu saja tanpa ada pertanggungjawaban seolah-olah yang ditabrak adalah kucing. Ironisnya, kalau kucing yang ditabrak, si polisi ini mungkin akan turun, membalutnya dengan kain putih dan menguburkannya di tepi jalan. Takut kualat. Mungkin, siapa tahu, ia lebih takut kualat daripada takut dosa (geleng-geleng kepala). Mengutip tweet-an teman saya: something inside me dies knowing about this proud father.
            
Akan tetapi, hal yang sama nampaknya tidak dirasakan oleh para pemimpin negeri ini. Berita akan ayah yang bangga ini juga samar-samar menghilang. Sang kaisar nampak tidak tergerak sedikitpun, juga tidak berkomentar. Nampak lucu bila membandingkan ia masih sempat berkomentar soal kasus video porno. Padahal ia juga punya anak, dua orang. Kedua anaknya sudah hebat-hebat sekarang. Satu sudah berkeluarga dan kuliah di Harvard. Satu sudah nampak mulai menabung mungkin untuk pemilu 2029. Saya yakin, baik sang kaisar ataupun ratunya pasti sama-sama mencintai kedua anak mereka tersebut dengan sungguh-sungguh. Sama seperti sosok ayah yang berjalan dari Malang tersebut. Apa para pemimpin negeri ini merasa karena pendidikan rakyatnya tidak sampai SMA maka mereka juga bodoh dalam merasakan cinta kasih untuk anaknya? Saya bahkan tidak yakin bila ada dari pemimpin negeri ini yang mau berjalan kaki dari Malang ke Jakarta hanya untuk menuntut keadilan bagi anaknya.
           
Mungkin para pemimpin, polisi, atau petugas rumah sakit berpikir kalau orang miskin kehilangan keluarga mereka itu tidak akan sedih sedih amat. Mungkin mereka berpikir kalau orang miskin itu menangisnya tidak akan terlalu kencang dan tidak akan banyak air mata yang keluar.
            
Saya ingat akan satu episode dari acara The Oprah Winfrey Show yang membahas mengenai asuransi kesehatan. Saat itu tidak semua warga negara AS memiliki asuransi kesehatan, terutama kelas pekerja dengan ekonomi rendah. Seorang ahli kesehatan dari Jerman mengatakan hal yang membuat saya tercenung: Apakah kita benar-benar percaya bahwa anak dari seorang penjaga sekolah sama berharganya seperti anak dari seorang bankir kaya?
            
Ya, itu pertanyaan yang harus diajukan kepada pemimpin negeri ini. Apa mereka sungguh-sungguh percaya bahwa nyawa dari anak pedagang kue di stasiun sama pentingnya seperti nyawa dari anak menteri? Apa mereka percaya bahwa nyawa ibu dari seorang kuli pasar sama berharganya seperti nyawa ibu dari seorang presiden? Entah sejak kapan manusia pemimpin negeri ini mulai mendefinisikan harga dari nyawa manusia melalui jumlah materi yang dimiliki. Padahal bila semua atribut kekayaan, kedudukan, status sosial, atau kekuasaan itu dilucuti satu per satu, kita semua sebetulnya sama; mamalia berpikir yang ingin hidup bahagia.
            
Saya hanya bisa berpikir, mungkin pikiran ini yang juga sempat melintas di pikiran ayah yang kehilangan anaknya tersebut. Bisa saja anaknya juga kelak masuk Harvard juga, atau bahkan Oxford, who knows? Anaknya kemudian akan menikah dan memberikannya cucu laki-laki atau mungkin juga perempuan yang gemuk dan lucu. Melihat anaknya sukses dan membalas budi kedua orang tuanya. Manik juga mungkin harusnya masih bisa mengusahakan ibunya naik haji kelak, atau minimal sekedar membelikan baju baru buat Lebaran tahun ini. Mengenalkan calon istrinya nanti dan meminta ibunya mencarikan nama untuk anaknya.
           
Tapi semua itu sudah tidak mungkin lagi bagi kedua orang yang direndahkan hanya karena materi yang dimilikinya tidak banyak ini. Semua pemimpin negeri kita terlalu sibuk mengurus entah apa sehingga tidak lagi bisa melihat mereka sebagai manusia yang juga menangis dan meratap bila ditinggal mati ibu, ayah, anak, kakak, adik, istri, suami, ipar, menantu, atau cucu. Di saat seperti inilah konsep akan Tuhan Yang Maha Tahu dan Maha Adil benar-benar saya harapkan ada. Dan petugas rumah sakit, polisi, juga para pemimpin negeri ini harus ingat, bahwa Tuhan mencintai semua manusia itu sama, tidak melihat harta atau kedudukan. Klise memang saya akui tapi keklisean itu tidak mengurangi kebenaran pernyataan tersebut. Tuhan tersakiti bila manusia yang dicintaiNya itu diperlakukan layaknya sampah oleh manusia juga. Polisi dan petugas rumah sakit boleh dengan kekuasaan mereka ‘melarang’ orang miskin untuk menangis dan merasa marah karena orang yang mereka cintai direnggut paksa tapi mereka jelas tidak bisa melarang amarah Tuhan. Amin.

Thursday, September 16, 2010

what's new?

oke.

untuk memulia blog baru-tapi-sudah-lama-juga-sih ini, saya akan menceritakan dulu apa saja yang sudah terjadi dalam kehidupans aya selama kurun waktu hampir tiga tahun ini.

pertama, yang paling krusial adalah, saya sudah lulus kuliah *salto*. tepat waktu, empat tahun, lewat jalur skripsi dan skripsi saya dapet A *sombong* tapi sekarang belom kerja *nunduk*. sebenernya sih saya pribadi nggak terlalu gimana-gimana sih belom kerja... masih berpegang teguh paad kalimat temen gue yang udah duluan lulus kalo saya baru boleh panik kalo udah tiga bulan gak dapet kerja. ini sebulan juga belom, jadi yah~ menikmati ke-nothing-an ini aja dulu... *pembenaran*

terus saya masih jomblo. atau sudah jomblo lagi? yah INTINYA masih single fighter. tapi nggak tahu kenapa ya, makin kesini (kemana?) makin asoy geboy aja lho nggak ada cowok. maksudnya, ya nggak menimbulkan keresahan sosial gitu... tapi kalau list cowok2 yang digebet setelah kyo-chan itu sih ya ada dooonnnggg....

dan semuanya import dari negara Korea sana. gue mengalami pergeseran selera nih. yah nggak geser2 banget sih... masih setipe kyo-chan... putih2 lucu menggetarkan relung hati gimanaaaaa gitu. dan sebenarnya gue lebih suka sama cowok lokal. jadi nggak ada culture shocknya gitu. TAPI mengingat dan menimbnag bahwa setelah Kyo chan lulus keberadaan cowok di kampus gue dulu yang sesuai dengan kriteria putih2 lucu menggetarkan relung hati gimanaaaaa gitu itu hampir sama jarangnya dengan kemunculan badak cula satu di ujung kulon, maka saya pun beradaptasi dengan menggebet cowok-cowok Korea yang banyak berserakkan di kampus saya.

eh beneran, banyak banget~ gue sampe curiga apa mereka ngungsi dari ancaman perang dengan Korea Utara.... mereka pada belajar bahasa Indonesia gitu kan... tapi emang exklusive khusus buat orang asing aja... dan kebanyakkan dari mereka yang udah pada mapan gitu... awawawawaw~

jadi yah, seperti teori evolusi Darwin, gue pun berevolusi dengan merubah selera cowok gue menjadi yang korea2 gitu, agar gue bisa bertahan hidup di rimba perkuliahan. ngebayangin pergi kuliah tiap hari dan tidak ada gebetan yang bisa dilihat di kampus itu rasanya menyesakkan dada..... *narik nafas*

dan sampai sekarang jadinya deh tuh selera gue korea2an. sampe rasanya pengen pindah ke kelapa gading aja...

oh, dan in case ada yang nanya, nggak, gue gak pernah dapetin satupun dari orang2 korea yang gue gebet itu *PUAS?? PUAS??*

apa lagi ya?

yah paling gue lagi entah kenapa sangat kritis dengan pemerintah sekarang. ya kalo di mata gue sih tololnya emang ampun2an pemerintah yang sekarang. dan orang yang kritis di republik ini sangat riskan kena stroke karena ngeliatin berita di TV yang semuanya nggak ada yang nyenengin rakyat kecil *sigh*

ya udah deh segitu aja dulu. kesimpulannya, gue sekarang nganggur, korean minded dan beresiko mati muda karena stroke. not bad.

see u in another post~

Wednesday, September 15, 2010

masuk surga?

Pemikiran ini mendadak muncul saat ada pengumumam dari masjid kompleks rumah gue kalo Bapak X meninggal dunia, dan si pembawa pesan yang berbicara di pengeras suara itu bilang, “semoga Bapak X bisa diterima di surga, Amiiiiiiiinnnnnnhhh” *gak tau kenapa, di kuping gue aminnya ada huruf h-nya gitu di belakang*. Lalu, gue yang saat itu lagi nongkrong di belakang rumah ngeliatin pohon sirih, jadi berpikir tentang surga. Dan semakin lama gue pikir, gue sampai pada satu kesimpulan.

Surga itu sebenernya menyeramkan ya?

Beneran. Konsep surga yang gue kenal itu menyeramkan sekali kalau dipikir2.
Pertama, kita hidup abadi. ABADI. A-B-A-D-I. Kekal, gak bisa mati lagi. Selama-lamanya selama mungkin. Otak gue aja gak bisa nemuin jangka waktu dari ‘abadi’ itu sendiri. Seberapa lama abadi itu?

Dan kehidupan yang abadi itu tanpa masalah. Hidup lo itu tenang. Beres. Rileks. Semua aman lancar. Semua baik. Nggak ada yang jahat. Semua sama. Semua damai lah pokoknya. Damai dalam takaran yang ekstrim. Karena lo bener2 gak punya masalah! Mau itu masalah keuangan, masalah pacar, masalah kuliah, masalah kerja, masalah jerawat, masalah bau badan, masalah rambut rontok, masalah cari tema skripsi *mulai curhat*.... NGGAK ADA. SEMUA BERES, BUNG!

Lalu, nggak ada hawa nafsu lagi. Jadi istilahnya, andaikan di surga sana gue ngeliat Kim Bum, Lee Min Hoo, Adam Lavine, atau Johnny Deep, gue nggak akan menjerit2 histeris minta dikawinin. Gue hanya akan tersenyum lembut sambil mengangguk takzim ke arah mereka. GUAH AKAN MELEWATKAN KESEMPATAN FOTO BARENG MEREKAAAAAAA.....

Disana juga tidak ada kesakitan dan kekurangan. Kita bisa jadi nggak akan ngerasa lapar dan haus lagi. Jadi ya gak perlu makanan atau minuman lagi. Buset. Lidah gue nggak bisa ngerasain enaknya baso dan rujak lagi gitu?? Kopi dan es krim?? Donat kentangnya nyokap gue??? Nasi goreng papaku???? Tidaaaakkkk.....

Dan yang paling manteb, gue gak akan punya mimpi untuk dikejar lagi. Tanggung jawab untuk dilaksanakan lagi. Nggak ada. Udah selesai. Tapi gue masih hidup dan hidup itu ABADI *coba deh resapi kata abadi itu. Serem kan?*

Gue udah nggak punya mimpi buat dikejar, masalah buat diselesaikan, tanggung jawab untuk dilaksanakan.
Hidup macam apa itu?

Oke, kalo dibandingkan dengan konsep neraka, surga memang terlihat sangat indah. Ya iya lah, daripada mata lo dicongkelin, direbus di minyak, di panggang api neraka *pendeta gue sering banget ngomong frasa ini*, atau dicambukin tiap hari, kegiatan nggak ngapa2in di surga tentu tampak jauh lebih baik.

Tapi, kalau surga mau dibandingin sama kehidupan gue sekarang, gue rasa surga nggak ada apa2nya. Hidup gue jauh lebih indah daripada konsep surga yang bebas masalah, kesedihan, sakit hati dan penderitaan itu. Ya karena itu definisi hidup. Hidup itu ya mengatasi masalah. Kata hidup sendiri udah mengandung unsur perjuangan. Hidup kalo nggak berjuang mah bukan hidup. Itu cuma... ‘ada’.
Andaikata ada pilihan masuk surga atau gue membusuk jadi kompos di tanah dan selesai, gue milih jadi kompos. Lumayan masih guna, buat pohon duren tumbuh ato apalah gitu.

Makanya, kadang2 gue suka bingung kalo ngeliat orang2 yang ‘berebut’ masuk surga *sampe ngebom2in orang kayak Noordin M Top*.
Kalo mengutip pertanyaan bapak gue tercinta pas kita ngebahas surga: “Emang mau ngapain di surga?”
Iya. Begitu lo masuk surga, emang mau ngapain? Udah berebut masuk surga, begitu udah disana mau ngapain? Padahal, begitu lo mati kan hidup mah ya selesai. Mau ngapain lagi? Mending kehidupan sekarang sih di bumi yang diurusin. Hidup yang benar2 hidup.
Kalo kata nyokap gue, surga neraka mah ya di bumi2 juga sih. Buat para korban perang, mereka udah ngerasain neraka. Buat orang2 di Sudan sana yang kelaparan. Buat orang2 kulit hitam jaman perbudakan dulu. Buat orang2 Aborigin saat orang kulit putih masuk. Buat orang2 Sidoarjo. Buat orang2 di Irak dan Afghanistan. Ya udah itu neraka buat mereka. Udah mereka ngerasain.
Gue kalo mau nyari surga sih gampang. Beli Haagend Daaz atau beli Sour Sally itu udah surga buat gue. Bisa tidur waktu ngantuk banget itu juga surga. Bisa kencing pas udah kebelet mampus juga udah surga. Makan pecel ayam di kober apalagi. Surga bangedddhhhh!! *cess... cesss...*

Gue jadi inget cerita Hercules ato apa gitu gue lupa. Pokoknya yang ada hubungannya sama mitologi Yunani gitu lah. Ada dialog gini:
“Para dewa itu sesungguhnya iri dengan kehidupan kita para manusia. Mereka tidak punya hal menarik untuk dikerjakan di surga sana. Berbeda dengan kita manusia yang memiliki banyak hal untuk diraih. Karena itu mereka sering menciptakan berbagai kesulitan untuk kita manusia, karena mereka bosan dengan kehidupan mereka”

See? Even Gods are envy with our miserable lifes here on earth. So there’s no need chasing heaven... Just make heaven on earth, shall we?

astaga....

astaga, gue terharuuuuuuu
blog gue bisa dibuka lagiiiiiiii...... *sujud sukur*
terakhir bisa dibuka itu tahun 2007 aja lhoooooo 3 tahun yang lalu..... masih semester 3 kuliaaahhhh... dan sekarang sudah lulus saja saya....
jadi sekarang bisa aktif berblog lagi dehhhh~ yippi!

padahal hampir semua blog gue entrinya gak penting juga sih.... tapi yah... i find it so magical everytime i can post my writing :) so please, enjoy it!

Wednesday, February 28, 2007

ngisi lagi...

Ada apa dengan hidup ini?

Judulnya agak berat ya? Kesannya aja sih… padahal yang mau gue tulis nggak ada berat2nya sama sekali… kesannya malah nggak penting…

Yah… hidup gue statis2 aja sih… nggak ada kejadian luar biasa kayak gue mendadak dipilih menjadi tunangannya pangeran Andreas dari Monaco atau ternyata gue adalah cucu nya Ciputra yang hilang… nggak… hidup gue masih gini2 aja…

Kuliah… yah…

Eh, ngomong2 soal kuliah, gue mau agak mendumel. Tentang apa? Tentang kualitas cowok2 di kampus gue, di kampus FIB tercinta gue.

Jadi, pembicaraan dimulai saat gue yang bosan dan temen gue yang nampaknya juga bosan duduk terdiam di kantin. Gue ngelihat sekitar, dan guess what, dari sekian banyak makhluk berpenis di ruangan itu nggak ada satupun yang masuk dalam kategori ganteng. Lalu terciptalah percakapan antara gue dan temen gue :

Gue (G) : eh, gue mau nanya deh sama lo. Coba nih ya, sekarang lo itung ada berapa cowok di kampus kita ini yang menurut lo cakep
Temen Gue (TG) : ummm… gebetan gue (jari telunjuk terangkat dan empat jarinya masih terkepal), gebetan lo juga cakep (dua jari terangkat dan tiga jarinya masih terkepal)…ummm…. (agak lama) eh, gebetannya si Novi juga lumayan! (mengangkat satu jari lagi dengan semangat) terus…. Ummmmm……ummm……ummmm……
G : terus? Dari angkatan berapa aja deh! Anak D3 juga gak apa2!
TG : (terdiam) siapa lagi ya????? (dengan histeris)

Nah kan tuh ya… coba dihitung, dari ribuan anak FIB, yang cakep menurut temen gue itu hanya ada 3… menurut gue juga Cuma 3 (kyo chan, satu anak D3 jerman sama satu senior jerman gue angkatan 2005)…

CUMA 3!!!!! SATU TANGAN JUGA NGGAK ABIS!!!!

Tapi kalo yang dicari itu cowok dengan kualifikasi jelek, ngerokok, buang sampah sembarangan, sok ganteng dan banyak gaya….. WUUUUUUUUHHHHHHHHH…………….
Berserakkan sepanjang jalan

Ambil satu contoh ya, ada sesosok laki2 yang gue dan 2 temen gue sebut sebagai ‘Dwi Andika’ (dengan backsound musik horror). Kenapa disebut ‘Dwi Andika’? gue juga kurang ngerti. Masa katanya banyak yang bilang kalo dia mirip sama Dwi Andika…

Padahal mah, selain kenyataan kalau mereka sama2 homo sapien dan berjenis kelamin laki2, gue nggak ngeliat persamaan lainnya. Gue curiga kalau yang nyebarin isu itu tuh dia sendiri.

Oke2, jadi apa yang menarik, ralat, mengganggu dari si ‘Dwi Andika’ ini?
Yah, selain dia memenuhi lima syarat yang diketik tebal dan dengan warna hitam diatas, ada satu hal yang sangat annoying dari dia. Sangat sangat annoying.

Dia kan pendek ya, dengan proporsi badan yang amat buruk. Kakinya itu bener2 cebol, bener2 cebol (biar lo pada yakin). Dan kalau orang lain akan berusaha memperbaiki kekurangan fisiknya, tahu apa yang dia lakukan?

Memakai celana hipster. Tapi hipster yang ini benar2 keterlaluan. Kenapa gue bisa sampe bilang kalau hipsternya itu keterlaluan??

Yah kalo kantong celana belakang yang harusnya berada diatas pantat lo jadinya ada di belakang paha lo sih menurut gue hipster lo itu udah keterlaluan

Heeeeeeeeh……
Jadi ngomongin hal yang nggak penting kan nih gue….
Ya sudah lah…

Padahal mah, yang beneran ganteng aja nggak belagak macem2… orang ganteng mah ketimbang make kaos, celana jeans sama pake tas ransel aja udah ganteng…
Gak usah hipster2an, pake skinny jeans (gue sebel banget lihat cowok make skinny jeans), pake kalung manik2 berwarna-warni ataupun pake tas yang dipenuhi sama pin…

Heeh…
Jadi ngomongin kyo chan kan tuh…
Coba aja kalo kyo chan kayak gitu… kan gue jadi ilfeel… gampang deh ngelupainnya…
Huhuhuhu……

oke..oke

Oke,oke….

Atas permintaan dari bapakku yang setelah sekian lama tidak pernah bertemu padahal fakultasnya saling berhadapan dan tau2 aja dia udah jadian, dan sekalinya ketemu bukannya nanya apa kabar atau nanyain apa anaknya ini udah dapet pacar apa belum, dia malah bilang :

Blog lo apa2an sih? Masa terakhir kali ngisi 21 desember?

Yah….
Namanya juga sibuk pak…
Tapi nih tak isi lagi…

Pengen curhat sih emang. Curhat soal gebetan gue yang tetap saja menawan hati. Yang bikin gue berdebra-debra (ini bukan salah ketik. Emang pengennya ngetik gitu) tiap kali ketemu sama dia..
Dan dia masih punya cewek. Dan ceweknya masih anak Pe-Ha.

Damn

Gue ya, sebelum ini kan sudah terbiasa bertepuk sebelah tangan dengan sosok pria (aseli beneran pria) yang berada kurang lebih 300km dari Jakarta alias di bandung. Walaupun dengan adanya tol cipularang yang mempersempit jarak tempuh, sayangnya hal itu tidak menggugah hati nyokap gue buat lebih sering ke bandung. Alasannya adalah walaupun ada tol cipularang, ongkosnya nggak berubah.
Iya sih

Nah, sama si pria di seberang tol cipularang ini kan gue jarang banget ketemu ya, hampir sama jarangnya kayak jagawana di sumatera ngeliat harimau sumatera lah. Dan gue emang udah biasa. Segi positifnya, gue nggak akan uring2an kalo nggak ngeliat dia

TAPI

Sekarang gue in lope (bahasa tangerang neh. Temen sekamar gue yang cina benteng sering bilang “Nge, liat jepit rambut lope-lope gue nggak?”) sama senior inggris yang notebene kuliahnya satu fakultas dan tak jarang pula satu gedung sama gue.
Dengan kenyataan itu, gue amat sangat mudah dibuat uring2an kalo sehari itu nggak ngeliat dia.

Dan itu melelahkan

Sampe akhirnya, gue memutuskan buat nyatet aja deh gitu jadwal kuliah dia dari si bebe biar gue bisa menciptakan takdir sendiri berpapasan sama dia.
Dan ada satu hal yang bikin gue agak tertegun pas gue nyatet jadwal itu selain fakta kalo hari senen dia Cuma ada kuliah dari jam setengah 3 sampe jam 4 kurang 15.
Pas gue lagi nyatet, si bebe ini dengan entengnya bertanya :

“lo sebenernya secret admirer atau jatuh cinta sih, Nge?”

dan gue nggak tau apa jawabannya. Beneran gue nggak tau. Ya abis gimana? Gue bener2 nggak tau!!!!

Kalo sekarang ditanya siapa yang gue suka. Gue pun nggak tau jawabannya. Sama yang di bandung gue memutuskan untuk berjalan pelan2 menjauh dari dia. Yang di FIB gue memutuskan untuk perlahan2 menutup mata gue. Tapi hati ini tetep aja maunya nungguin yang di bandung dan ngeliat yang di FIB

Dan hal itu bikin gue makin uring2an aja jadinya!!!

Gue tau, kalo cinta itu nggak bisa datang dari penantian. Gue tau banget hal itu. Dan karena itu, gue mulai berjalan menjauhi dia (cowok bandung-red) walaupun gue nggak akan pernah berlari dari dia. Gue takut aja kalo pas gue udah nggak ada disana ternyata dia datang dan nyariin gue

Walaupun nih ya kalo boleh jujur mah, dalam hati gue yang paliiiiiiiiiiiiiiiiing dalem, gue tau kalo hal itu nggak akan kesampean…

Udah ah.
Capek curhat beginian

Soal kuliah? Biasa aja. Hampir gila, tapi belom
Eh ya, buat shella, lo jahat. Sebel gue sama elo
Buat tantri… serius mau masuk mapala sama abang? Buat semua… FIGHT!!!!! Demi masa depan yang lebih cerah!!!!!!!!!! Yeah

Sunday, February 04, 2007

All The Words...

Hmmm..............

banyak yang mau gue ceritain...........
pertama, biar gue bilang dulu sama sahabatku Shella yang udah bikin gue kesel karena nggak sekalipun ngebales telepon ataupun sms gue.
sebel banget pokoknya mah!!

kedua, kabar dukacita...
kedua kucing gue gugur dalam pertempurannya melawan racun tikus
ya, ada yang ngeracunin 2 kucing tercinta gue
tapi gue udah punya kucing baru lagi
kucing yang kayaknya emang dikirim ama kedua alm. buat nemenin gue yang sebelumnya nagis meraung2 selama beberapa jam sampe meta gue bengkak kayak duren
buat cowok aja gue nggak pernah nangis kayak gitu
membuat gue bertanya2,
kalo buat kucing aja yang setaon juga nggak nyampe bareng sama gue,
yang komunikasinya hanya 1 arah aja gue udah sebegitunya,
gimana kalau yang meninggal itu sosok yang dekat sama gue dalam wujud manusia???

ketiga, IP gue semester 1 kemaren 3,33...
nomor cantik ya?
tapi itu baru semester 1...
semester 2 neh...
mana gue terisolasi lagi dari temen2 gue di kelas baru gue...

keempat, hari pertama kuliah, tapi nggak ada kuliah coz dosennya kebanjiran.
belom ketemu ama kyo-chan (penting banget!!!!!!!!!!!!)

kelima, ngomong2 soal banjir, gue takjub banget sama jakarta. ada showroom Porche, Ferrari, Harley Davidson, butik Versace, Prada,Luis Vuitton....
tapi kebanjiran kayak kota miskin
aneh
benar2 aneh

keenam....
apa ya?
udah deh segitu aja dulu

btw, congrats buat mamakkuw yang akhirnya menemukan tambatan hatinya
ditunggu starbucksnya